Kurang paham

Saat itu saya baru berumur dua belas tahun. Dari kecil, saya sangat dekat dengan nenekku. Saking sayangnya, sudah seumuran segitu, saya masih dimandikan nenekku. Tidak jarang, saya mandi bareng dengan nenek. Pada suatu kali, saat saya mandi bareng dengan nenek, saya ingin melihat kepunyaan nenek. Memang kalau mandi bareng, nenek juga telanjang, tetapi saya tidak pernah memperhatikan di bawah perutnya. Entah mengapa, saat itu saya ingin melihatnya. Perlu diketahui, saat itu nenekku masih cantik, dadanya pun juga besar, sangat menggairahkan, umurnya empat puluh tiga tahun, sedangkan ibuku tiga puluh tahun umurnya. Nenekku menikah waktu lulus SD, sedangkan ibuku menikah saat lulus SMA.

Saya adalah cucu pertama dari nenekku, dan anak pertama dari ibuku. Selama ini, saat saya dimandikan nenek, meskipun nenek juga telanjang, saya tidak berani melihat ke arah bawah perut nenek. Saya memendam keinginanku itu selama beberapa hari. Kemudian keinginan itu tidak terbendung, maka pada suatu pagi hari saat saya mandi dengan nenekku lagi, saya ingin mengatakan kepada nenek, bahwa saya ingin melihat itunya. Tetapi lagi-lagi saya belum mempunyai keberanian. Kemudian saat saya berangkat ke sekolah, saya masih memendam keinginan itu. Saya berpikir, mungkin pada saat saya bobo siang bersama nenek nanti. Nanti, saya akan melihat saat nenek sedang tidur. Saat saya pulang selesai sekolah, ibuku menjemputku, dan juga adik-adikku. Ibuku tidak bekerja, tinggal di rumah nenek. 

Sedangkan ayahku juga tidak bekerja, karena sudah tua. Sedangkan kakekku, belum pension. Setelah sampai di rumah, seperti biasanya kami makan bersama dengan nenek, ibu dan juga ke tiga adikku. Ke tiga adikku, biasanya tidur bersama ibuku, kalau siang. Jarang sekali mereka tidur bersama nenekku. Kalau sudah makan, istirahat sebentar, kemudian bobo ya, begitulah kata ibuku kepadaku. Saya menganggukkan kepala. Selesai makan, saya langsung saja ke kamar nenek. Seperti biasanya, siang itu sehabis makan, saya ke kamar nenek untuk tidur bersama nenek. Tetapi, saya tidak akan tidur. Saat nenek memeluk saya di atas tempat tidur, saya pun memeluk nenek. Saya pejamkan mata, sedangkan tangan saya sengaja saya tempelkan di atas paha nenek. 


Saya pura-pura sudah tidur. Saya tunggu beberapa saat, saya tunggu sehingga nenek sudah tertidur. Tangan saya masih menempel di atas paha nenek, terlapisi dasternya yang tipis. Pelan-pelan, saya gerakkan telapak tanganku. Nenek diam saja. Saya gesekkan lagi, kini semakin keras, nenekku pun diam saja. Jari-jariku pelan-pelan membuka daster nenek ke atas, nenek tetap diam. Saya sudah yakin nenekku sudah tidur. Saya bangkit, dasternya saya naikkan, sehingga kelihatan celana dalamnya. Paha nenekku sangat indah, putih bersih dan belum keriput. Kulihat gundukan pangkal pahanya. Saya agak kesulitan untuk melihat kepunyaan nenek, karena nenekku tidurnya miring. Maka, saya buka tali celana dalamnya di pinggang sebelah atas. Pelan pelan saya angkat pahanya, supaya menghadap ketas. Nardi! Saya kaget. Karena tiba-tiba nenekku terbangun. Saya sangat ketakutan. Tetapi, nenekku berbicara dengan lembut, sambil membetulkan dasternya. Ada apa sayang? Begitulah nenek bertanya. Hilang rasa takutku. 

Kemudian tanpa rasa takut, saya menjawab, saya ingin melihat itunya nenek sambil tanganku menunjuk ke itunya nenek. Boleh ngga? Nenek diam sejenak, kemudian nenekku tersenyum, jangan nakal sayang….Nenek membetulkan tali celana dalamnya yang sebelahnya. Boleh ngga mbah? Tanyaku. Nenekku diam sejenak, kemudian menjawab, ngga boleh! Nardi ngga boleh nakal yah! Saya pun akhirnya keluar kamar dan saya bilang ke nenekku, kalau begitu, Nardi ngga boleh tidur, mbah! Kataku sambil keluar dari kamar. Nenekku pun mengikuti, kemudian memandangku berdiri dari balik pintu. Saya diam saja, kemudian saya menyetel televisi. Sedangkan ibuku, menemani ayahku. Nenekku menyusulku, kemudian duduk di sampingku. Ayo bobo sayang…ajaknya, tetapi saya menjawab tidak mau, kalau saya ngga boleh melihat itunya. Nardi ngga boleh nakal ya! Itu lagi yang diucapkan. Nardi sudah biasa melihat tetek nenek, tetapi belum pernah melihat itunya. Lalu nenek berkata, ya sudah, habis ini bobo yah…Saya bersorak. 

Hatiku sangat senang. Kemudian, saya berdua dengan nenek ke kamar tidur. Nenekku melepaskan pakaiannya selembar demi selembar. Kini nenekku tidur telentang. Kakinya dibuka lebar-lebar, sehingga saya bisa melihatnya. Boleh Nardi pegang mbah? Nenekku tidak menjawab. Gundukan daging itu sangat indah bagiku. Warnanya putih dengan belahan kemerah-merahan. Saya mengamat-amati, kemudian saya meremas-remasnya. 

Nenekku menggelinjang dan merintih-rintih sambil mendesis. Kumasukkan jari-jariku dan kuraba-raba di dalamnya. Vagina nenekku berkontraksi, menciut dan mengembang. Bagiku, itu adalah pemandangan yang menakjubkan. Jari-jari tanganku merasakan remasan vagina nenekku dan saya mempermainkan dengan mengocok keluar masuk jari-jariku. Ih iiiihhh….ih…ihhhhh….ssshh hsssss…. suara desisan nenekku. Tak terasa, jari-jari tanganku basah kuyup oleh lendir yang ke luar dari vagina nenekku. Puas kupermainkan vagina nenekku dengan jari-jariku, saya melihat keindahan vagina nenekku. Kelihatan sekali, vagina itu berkedut-kedut, membuka dan menutup, mengembang dan menciut, kemudian keluar lendir dari vagina itu, shhh sssshh mmmmhhhh….begitu suara nenekku. Tangankupun iseng lagi, kumasukkan jari-jari tanganku, kukorek-korek lendir yang mengalir dari dalam vagina. Sepertinya, tanganku menguras lendir dari vagina nenekku.

 Tubuhnya menggeliat, ssshh….eemmmmmmhhht….suaranya. Kemudian kukeluarkan jari-jari tanganku dari vagina nenekku. Di dalamnya berwarna pink kemerah-merahan. Sedangkan clitorisnya menonjol, saya melihatnya menjadi sangat tertarik untuk mempermainkannya.Tidak seberapa lama kemudian, mengeluarkan cairan kental lagi. Saat itu pula, nenekku hampir berteriak, tangannya mencengkeram rambutku. Kemudian kelihatan lemas. 

Nek, Nardi boleh nenen ngga? Tanyaku manja. Nenekku menganggukkan kepala. Saya segera ke atas, dan saya nenen tetek nenekku. Saya nenen tetek nenekku yang sebelah kiri dengan tanganku meremas-remas tetek yang sebelah kanan. Saya tidak hanya menetek, tetapi juga menjilat-jilat dengan lidahku, bagai menari-nari. Kalau sudah puas, sebelahnya ya sayang, begitu nenekku berkata, dan saya pun menggilir yang sebelahnya lagi. Bagiku, tetek nenekku besar sekali. Tubuhku pun tingginya baru seratus empat puluh centimeter. Sedangkan beratku hanya tiga puluh tujuh kilo. Sangat berbeda dengan nenekku, tingginya seratus tujuh puluh centimeter, sedangkan beratnya saat itu, kata nenekku tujuh puluh kilo. Jadi ukuran tubuh nenekku hampir dua kali lipat ukuran tubuhku. Tetapi, biar pun begitu, saya sudah ereksi. 

Saya tidak sabar untuk memasukkan penisku ke dalam vagina nenekku. Maka, saat nenekku menggelinjang dan merintih saat itu pula, penisku kucoba kumasukkan ke dalam vagina nenekku. Nardi? Kenapa? Ngga boleh! Tetapi tangan nenekku tidak menjauhkan tanganku yang memasukkan kemaluanku ke dalam kemaluannya. Saya sudah ereksi. Dan kepala penisku sudah masuk ke dalam vagina nenekku. Dan kumasukkan hingga sampai pangkalnya mentok. Rasanya hangat sekali. Rasanya seperti dipijit pijit. Kumasukkan maju mundur batang penisku didalam vagina nenek. Rasanya enak sekali. Tak tahu, nenekku merasakannya seperti apa. Seiring pompaan penisku di dalam kemaluan nenekku, tetek nenekku pun sedikit bergoyang goyang, ku remas-remas seputar perutnya. Tetek nenekku memang belum kendor saat itu ukurannya 36 B, bagi kebanyakan orang pada sat itu, bagi mereka sangat cantik nan seksi, demikian pula ibuku. Saat itu umurnya empat puluh tiga tahun. Saya terus menyetubuhi, kugoyangkan pinggulku maju mundur, nenekku menggeliat geliat keenakan, hmmm ssshhh ssshhh Naaardi…shhhh hmmmhhh….tititmu enak sekali….hhmmmm….ssshhh tititmu keras….hmmmm….shhh….saya terus menggoyangkan pinggulku dengan kedua tanganku meremas-remas teteknya, kemudian tubuh nenekku mengejang kedua tangannya meremas-remas tangannya sendiri. Oooohhh….nenekku setengah teriak, kurasakan cairan hangat melumuri batang kemaluanku, tetapi penisku masih mengeras dan saya masih mempermainkan dengan menggesek-gesek permukaan dalam vagina nenekku, kemudian tubuh nenekku kelihatan lemas, tetapi saya masih menikmati gesekan penisku di dalam rongga vagina nenekku. Tidak seberapa lama kemudian tititku mengecil, kemudian saya mencabutnya dari kemaluan nenekku. Saat itu pula nenekku bangun, kemudian memelukku, jangan berkata kepada siapa-siapa ya sayang….kujawab ya mbah….jawabku puas. Mulai saat itu, hampir setiap hari saya menyetubuhi nenekku. 

Hinnga suatu hari, ibuku melihat persetubuhan itu. Ceritanya, saat saya menyetubuhi nenekku, tiba-tiba pintu ada yang membuka pelan-pelan. Nenekku sangat kaget, dan setengah berteriak kepada ibuku,” Ibu….! Maafkan saya ibu….” Baru sekali itu, saya mendengar nenekku memanggil ibuku ibu, bukan dengan namanya, Sarni, sebab biasanya nenekku memanggill ibuku Sarni. Entah mengapa pada saat itu saya tidak tahu. Atau mungkin salah ucap, pikirku. Ibuku diam sesaat, kemudian berkata, Nardi masih kecil sayang….Habis itu, ibu mau bicara sama kamu ya sayang, begitu kata ibuku kepada nenekku. Aneh, ibuku sepertinya levelnya lebih tinggi daripada nenekku saat itu. Dikemudian hari, saya baru tahu, ternyata ibuku adalah ibu tiri dari nenekku. Jadi, ibuku menikah dengan ayah dari nenekku, karena ayah nenekku ketangkap basah menggauli ibuku. 


Jadi, benar saja nenekku memanggil ibuku, ibu. Karena nenekku ternyata adalah anak tiri ibuku. Saya akhirnya berpikir, bahwa nenekku adalah kakakku juga, mbakyuku. Maka, setiap saya akan tidur dan mau menyetubuhi nenekku, saya memanggilnya dengan mbak Erni. Erni adalah nama nenekku. Mbak Erni, seminggu yang lalu, ibu berkata kepada mbak Erni, apa mbak? Kemudian nenekku menjawab, ibu tidak berkata apa-apa, kita disuruh lebih hati-hati. Setelah itu saya menyetubuhi nenekku lagi. Saya belum pernah mengeluarkan sperma, mungkin karena masih kecil, kelas enam SD. Setelah terbiasa menyetubuhi nenekku pada siang hari, saya akhirnya punya pikiran untuk meyetubuhi ibuku juga. Maka pada suatu hari, ibuku kuajak tidur di kamar nenekku, dan saya ungkapkan hal itu kepada nenekku. Nenekku hanya diam saja. Tidak berkata apa-apa. Hanya saja, nenekku keluar dari kamarnya.
Tentu saja, ibuku sudah tahu maksudku, mengapa kuajak tidur siang di kamar nenekku. Karena hampir setiap hari, ibuku mengetahui persetubuhan antara diriku dengan nenekku. Ada apa ta Nar, ‘kan kamu ini sudah biasa bobo dengan nenek. Ah ibu, saya ‘kan pingin tahu rasanya punya ibu juga. Hust kamu ini ngomong apa? Ibuku seolah olah tidak tahu maksudku. Lalu, saya katakan, “kan ibu pernah melihat Nar gituan sama nenek. Gituan apa sih Nar? Ibu belum ngerti. Kalau gitu, ya sudah yang penting ibu bobo siang sama Nardi yaaa….Ibuku menjawab, Iya…. 

Tetek ibuku lebih kecil ukurannya daripada tetek nenekku, tinggi tubuhnya pun juga tidak setinggi tubuh nenekku dan juga lebih langsing. Tetapi ibuku kelihatan jauh lebih muda tentunya. Kulitnya pun juga tidak seputih nenekku, namun soal bersih dan mulusnya, ibuku tidak kalah. Saat itu ibuku umurnya tiga puluh tahun. Saya pura pura tertidur. Ibuku juga tiduran di sampingku. Kudengar, ibuku sudah tertidur. Karena kupikir ibuku sudah memgetahui persetubuhanku dengan nenekku, maka saya lebih berani.
 Tanganku merayap di atas vagina ibuku. Tak kuduga, tangan ibuku menangkap tanganku dan membuang tanganku sedemikian rupa. Saya ulangi lagi, tanganku kutempelkan di atas vagina ibuku, dan kali ini saya meremasnya. Jangan kurang ajar ya Nardi! Ibuku bangkit dari tempat tidurnya dan saya sangat ketakutan. Tak kusangka, ternyata, ibuku sangat marah kepadaku. Jadi begitu ya, kamu perlakukan nenekmu sendiri, kalau kamu bobo dengan nenek? Kurang ajar kamu, plak! Saya digampar. Plak! Saya digampar lagi. 

Saya pun pura-pura menangis, untuk menarik perhatian nenekku. Benar saja, nenekku tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. Ada apa? Ada apa? Tanya nenekku. Ibuku kelihatannya mau berkata, tapi hap! Nenekku menutup mulut ibuku, dan nenekku berkata, kalau tidak mau ya tidak usah main kasar sama anakmu! Ini rahasia kita! Ibuku diam saja. Tidak melawan nenekku. Gimana, Nar? Mau tidur sama ibu apa sama nenek? Sayapun menjawab, sama ibu.
Nenekku pun mengedipkan mata kepadaku. Saya bimbing tangan ibuku, dan nenek menutup pintu. Ibuku berbaring di atas tempat tidur nenekku, saya telentangkan tubuh ibuku. Saya tidak berbasa-basi lagi, ada yang berpihak kepadaku. Biarpun ibuku adalah ibu tiri nenekku, tetapi nenekku adalah ibu kandung ibuku. Kubuka daster ibuku, tanpa ada perlawanan darinya. Malah ibuku kusuruh untuk membuka kancing behanya, ia menurut. Saya pelorotkan celana dalamnya, pinggulnya diangkat ke atas, maka kini pemandangan yang sangat indah terpampang di di depan mataku. 

Saya buka pakaianku hingga telanjang bulat. Kukangkangi wajah ibuku, kemudian penisku kuoleskan dibibirnya dari kiri ke kanan kemudian kembali dari kanan ke kiri. Ibuku memejamkan mata, melihat besarnya penisku di depan matanya, di bibirnya. Saya perlakukan sedemikian kemudian ibuku menjilat-jilat dengan lidahnya, rasanya geli-geli enak. Kemudian, tangan ibuku menangkap penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Saya berputar, ingin pula menjilati vagina ibuku. Ibuku membiarkan saya berputar, tetapi mulutku tidak bisa mencapai vagina ibuku, mungkin karena saya masih kecil. Saya hanya mencapai perutnya. Apa boleh buat, akhirnya kuurungkan niatku itu, bukan karena tidak akan melakukan itu, tetapi karena ukuran tubuhku yang masih kecil. Maka, akhirnya kupermainkan nenen ibuku, kuremas-remas, sambil kunikmati kuluman mulut ibuku pada penisku. Lumatan ibuku sangat enak kurasakan, sampai ngilu di kepala penisku. 

Kubiarkan saja, ibuku masih mengocok penisku di dalam mulutnya, sampai disedot-sedot. Saya akhirnya karena keenakan, saya meracau kepada ibuku, biar disedot seperti apa, ngga bakal keluar sperma, bu….Ibuku diam, menghentikan lumatan penisku di dalam mulutnya. Mungkin ibuku menyadari akan hal itu. Penisku pun mengecil lagi, setelah ibuku melepaskan penisku dari mulutnya. Bu, sekarang Nar yang mau jilat vagina ibu! Pintaku kepada ibuku. Ibuku membuka pahanya lebar-lebar, pemandangan yang sangat menakjubkan! Paha yang putih bersih mengkilat licin, bulu bulu indah menghiasi sekitar belahan gundukan daging warna merah muda dengan gelambir merah kecoklatan. Klitoris mungil menghias keindahan belahan gumpalan daging merah yang indah warnanya. Kujilati dari bawah ke atas. Nikmat sekali rasanya, shhhs….mmmhhhhttt…ssssh…suara ibuku.. Kujilat….kujilat…kujilat…dan kumasukkan jariku ke dalamnya, rasa basah dan hangat di jariku. Kujilat lagi ke atas, naik melampaui bulu bulunya, kemudian perutnya, ku jilat dan kuremas. Ibuku menggelinjang. Kujilat pula teteknya kiri dan kanan, kuemut pentilnya, kuisep isep…sshhhssss…Nardi! Rintih ibuku. Kini tanganku mempermainkan tetek ibuku yang mulai mengeras, kucengkeram berputar kekiri berpeutar ke kanan, kutarik ke atas, kucengkeram lembut….sssshhhmmmmh….Nardi…gumam ibuku lagi. Sementara keringat ibuku bercucuran. Kucium bibirnya, kujilat lidahnya Kuisep lidahnya kuat-kuat, demikian pula ibuku membalasnya. Tiba-tiba, ibuku memegang tititku dan memasukkannya ke dalam vaginanya. 

Saya ikuti pelan pelan dan saya masukkan hingga mentok kukocok-kocok vagina ibuku dengan penisku. Vagina ibuku berkedut-kedut dan hangat rasanya enak sekali. Kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur sedangkan tanganku berpegangan erat-erat pada tetek ibuku. Ibuku merintih-rintih, matanya membeliak. 

Uuusssssh….ussssh…..enak…..sssss…..sekali…..tak…..ku….sangka….Nar…..Hmmmm….pan….tessaaann…anak tiriku sinting….itu…..mengajarimu….ssshhh….shhh….Tak peduli racauan ibuku….rasa nikmat pada penisku lebih terasa daripada racauan ibuku. Seperti di remas-remas penisku. Oleh vagina ibuku. Kukocok terus vagina ibuku dengan penisku, hingga vagina ibuku menyemburkan cairan di batang penisku. Ibuku lemas, kemudian tak berapa lama kemudian penisku mengecil kemudian kucabut penisku dari vagina ibuku. Kemudian ibuku bangkit, memangku diriku. Tak kusangka, anakku masih kecil sudah pandai bermain sex, kata ibuku setengah tertawa kemudian menciumku. Kemudian menggendongku. Saat kudigendong ibuku, kupermainkan lagi teteknya, kuremas-remas, kemudian mengeras lagi. Ihh…iiihh iiih…mulai deh…kata ibuku.
Mungkin ibuku tidak tahan dengan rangsangan itu, ibuku terjatuh. Untung jatuhnya ke tempat tidur. Saya tertawa sambil berkata, kalau tidak kuat ngga usah gendong bu….Ibuku menjawab setengah berbisisk, ibu bukan tidak kuat menggendong Nardi, tapi karena Nardi meremas susu ibu, ibu jadi terangsang deh…Ibuku pun nungging, dan berkata, ayo masukin lagi tititnya Nardi, kemudian saya memasukkan penisku ke dalam vagina ibuku dari belakang. 

Kugenjot dengan pinggulku bergoyang maju mundur, dan uhhhh…shhh….terus Nar….Ibu keenakan…terus…ayo…terus….kata ibuku. Kebetulan ada meja rias, kuliihat dari meja rias, tetek ibuku bergoyang goyang maju mundur seiring hentakan pinggulku yang maju mundur. Rasanya seperti di remas remas penisku. Shhh sshhhh…shhhh….desis ibuku lagi. Cairan hangat melumuri penisku lagi. Tapi saya terus mengocok kocok vagina ibuku dengan batang penisku.
Ah…keras sekali, ibu sudah keluar, tapi kamu tidak pernah keluar Nar….apakah ini keuntungan kenthu karo cah cilik…haha hahaha….kata ibuku sambil tertawa. Saya tak mempedulikan kata-kata ibuku, karena penisku masih keras, dan saya terus menyodok-nyodokkan penisku ke dalam vagiana ibuku. Sepertinya ibuku kewalahn, saya tidak mau mencabut penisku dari vagina ibuku sebelum penisku mengecil dengan sendirinya. Saya masih menggoyang-goyangkan pinggulku, hingga akhirnya, penisku mengecil, dan saya pelan pelan mencabutnya. 

Ibuku segera memangkuku lagi. Pantesan nenekmu seneng banget tidur sama kamu le…Kata ibuku, saya pun menjawab, nggih mbah buyut….Ibuku protes, kok mbah buyut? Saya pun menjawab, lha kalau ibuku, ibu tirinya mbah wedokku, kalau gitu, ibuku juga mbah buyutku…kataku menggodanya. Dasar! Kata ibuku. Kemudian istirahat sebentar. Bangun lagi nih, tititku bu, kataku. Ibukuku kemudian, mengangkat kakinya tinggi-tinggi. Sedangkan vaginanya menganga di depanku. Langsung jaja saya memasukkan penisku ke dalam vagina ibuku. Ibuku memelukku, dan saya segera menggoyang-goyangkan pinggulku maju mundur. Cpret cpret cpret….clep…clep clep….beggitulah suaranya vagina ibuku yang kukocok dengan penisku. 
Shssshhh…shhhssss..hmmmmt…hmmmmttt…hhhmmmmt…suara ibuku menahan suaranya….hmmmmt terus le…terus le…kok kamu pintar….hmmmh…hmmmtt….pantesan anak tiriku yang sinting itu, sepertinya ketagihan kontolmu le….ssshhhh haduh….mmmhhh haduh…enak-e leee….hmmmsshh… racau ibuku. Dan saya terus menggenjotnya….wwwiisss…..wiiiss…aarep metu le…..Tak seberapa lama kemudian cret…cret….crot….cairan vagina ibuku menyemprot ke permukaan kulit penisku. Ibuku meregang dan kemudian terkulai lemas. Saya masih saja menggenjotnya…rasanya nikmatnya seperti di awang-awang….hmmmmmt…sepertinya kepalaku sudah mencapai puncak kenikmatan, hingga akhirnya penisku mengecil. Kemudian, dengan manjanya, saya menaiki tubuh ibuku, dan saya tidur di atas tubuh ibuku. 

Kemudian saat bangun saya mandi berdua dengan ibuku. Di kamar mandi pun saya berkata kepada ibuku, saya mau lagi bu, ibukuku pun ngangkang duduk di depan bibir bak mandi, sedangkan tangannya berpegangan di bibir bak mandi. Kujilat jilat vagina ibuku yang lembab karena cairan yang telah keluar dari vaginanya. Ku isep isep clitorisnya, shhh sssshh hmmmmt….ibuku meracau karena keenakan kuisep clitorisnya. Mungkin ibuku sudah tidak sabar lagi, tangannya memegang penisku kemudian memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Bles, penisku tertelan semua oleh vagina ibuku hingga pangkalnya, saya menariknya pelan-pelalan rasanya hangat sekali dan terasa seperti dipijit pijit. Kugoyangkan lagi pinggulku maju mundur. 

Clpe eclep eclep…scpret cpret….begitulah bunyinya…ihhh iiihh….ih…penak tenan le…ayo terus…terus le…sing banter….begitulah kata ibuku. Dan saya semakin kencang menggoyangkan pinggulku maju mundur… Hmmmmh…hhmmmmt…hmmmt….penak tenan le pelimu….begitulah celoteh ibuku…Hmmmmt…ib….ibu…mau keluaaaaarlleeee…..croooott…begitulah vagina ibuku menyemburkan cairan lagi ke batang penisku. Saya masih menyodokkan maju mundur penisku ke di dalam vagina ibuku. Hmmm…rasanya sangat nikmat…sudah akan mencapai puncaknya….ku goyang! Kugoyang..sampai mentok! Uh…rasanya enak sekali….

Saya terdiam sesaat, kemudian penisku mengecil cil cil cil! Kemudian kucabut, plup! Bunyinya, kemudian kami berdua tertwa, ibuku mengangangkat tubuhku kemudian menggendongku, kita berhenti dulu dan mandi! Kata ibuku, saya pun menganggukkan kepala, kemudian kami mandi berdua.
Daftar Chapter
Daftar Chapter